VIVA.co.id - Hari ini, merupakan hari pertama dimulainya rangkaian kegiatan 60 tahun peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, Minggu 19 April 2015. Kegiatan dimulai dengan menggelar pertemuan tingkat tinggi pejabat setingkat Direktur Jenderal (Senior Official Meeting), yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC).
Acara, kemudian berlanjut pada Senin 20 April 2015, yakni pertemuan tingkat menteri (Ministerial Meeting) di lokasi yang sama. Sementara itu, pada Selasa 21 April 2015, akan digelar pertemuan tingkat tinggi para pengusaha dari Asia Afrika (AABS). Lebih dari 500 pengusaha dijadwalkan akan menghadiri pertemuan tersebut.
Selain itu, pada Rabu dan Kamis, 22-23 April 2015, berlangsung pertemun tingkat kepala negara (Leaders Meeting). Presiden Joko Widodo direncanakan memberikan pidato pembuka pada Rabu mendatang, yang disaksikan oleh 34 kepala negara dan delegasi dari 86 negara.
Sementara itu, acara puncak berlangsung di Bandung, pada Jumat 24 April 2015, di Gedung Merdeka, lokasi penyelenggaraan KAA tahun 1955 digelar.
Apa yang dibahas
Konferensi akbar ini ditargetkan akan melahirkan tiga dokumen yang harus disepakati bersama negara selatan-selatan. Dalam pertemuan setingkat Direktoral Jenderal, para pejabat tinggi dari 109 negara membahas mengenai tiga dokumen yang akan dikeluarkan usai pagelaran KAA. Tiga dokumen itu yakni, Pesan Bandung, Upaya Mengintegrasikan Ulang Kemitraan Asia-Afrika, dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina.
Menurut Deputi Komunikasi Politik Kantor Staf Kepresidenan, Eko Sulistyo, draf tiga dokumen itu sebelum dibawa ke Jakarta, terlebih dahulu dibahas di New York, dengan fasilitas perwakilan tetap RI di New York. Sementara itu, saat ini, ketiga dokumen dirampungkan 90 persen ketika dibawa ke Jakarta.
Pesan Bandung itu, kata Eko, berisi visioner mengedepankan kerja sama yang baru dan konkret. Pesan ini akan lebih menyinggung masalah yang menyeluruh dan terkait hal-hal yang bisa dilakukan oleh negara-negara Asia Afrika.
Kemudian dokumen kedua, adalah upaya mengintegrasikan ulang kemitraan Asia-Afrika. Integrasi ulang ini akan didasarkan pada tiga pilar. Pilar pertama, yaitu solidaritas politik seperti demokrasi, HAM, reformasi PBB, perdamaian, dan sinergi organisasi regional.
Kemudian, pilar kedua, kerja sama ekonomi yang berbasis maritim, berkelanjutan, konektivitas dan mobilitas bisnis. Lalu, pilar ketiga, yaitu hubungan sosial-budaya seperti hubungan orang per orang, pemberdayaan perempuan, media, mitigasi bencana, migrasi, dan pemuda.
Tak hanya itu, dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai pembaruan dokumenReinvigorating The New Asian-African Strategic Partnership (NAASP). NAASP pertama kali dideklarasikan pada KTT Asia Afrika pada 2005 lalu.
Nantinya, hasil dari deklarasi NAASP adalah penguatan solidaritas, persahabatan, dan kerja sama. Kemudian, review perkembangan kerja sama NAASP 10 tahun terakhir dan mendorong kerja sama konkret utamanya di delapan fokus area NAASP seperti terorisme, organisasi kejahatan transnasional, keamanan pangan, keamanan energi, kerja sama universitas di Asia-Afrika, dan lainnya.
Konferensi akbar ini juga difokuskan untuk bersama-sama mendeklarasikan dukungan kepada Palestina. Negara-negara Asia-Afrika akan mendukung secara konsisten terhadap pendirian Negara Palestina dan hak-hak dasar warga Palestina.
Namun, rupanya ketika pembahasan dokumen deklarasi terhadap perjuangan rakyat Palestina di markas PBB, New York ini tak berjalan mulus. Tak semua nergara Asia-Afrika yang mengikuti pembahasan dokumen Palestina KAA setuju terhadap penggunaan diksi di dalamnya.
"Dalam diskusi mengenai deklarasi, ada perwakilan negara yang berbisik-bisik, jangan terlalu keras dong, karena negara kami belum mengakui Palestina," ujar Diplomat Fungsi Ekonomi Wakil Tetap RI untuk PBB, New York, Purnomo Chandra beberapa waktu lalu.
Dia menyebut ada beberapa kata di dalam dokumen tersebut, yang dinilai terlalu keras. "Sebelumnya, ada kalimat di dalam dokumen seperti 'we committed', kemudian diubah 'we take note'," kata Chandra. Namun, ketika dibawa ke Jakarta, isu ini telah selesai.
Selain itu, pada Rabu dan Kamis, 22-23 April 2015, berlangsung pertemun tingkat kepala negara (Leaders Meeting). Presiden Joko Widodo direncanakan memberikan pidato pembuka pada Rabu mendatang, yang disaksikan oleh 34 kepala negara dan delegasi dari 86 negara.
Sementara itu, acara puncak berlangsung di Bandung, pada Jumat 24 April 2015, di Gedung Merdeka, lokasi penyelenggaraan KAA tahun 1955 digelar.
Apa yang dibahas
Konferensi akbar ini ditargetkan akan melahirkan tiga dokumen yang harus disepakati bersama negara selatan-selatan. Dalam pertemuan setingkat Direktoral Jenderal, para pejabat tinggi dari 109 negara membahas mengenai tiga dokumen yang akan dikeluarkan usai pagelaran KAA. Tiga dokumen itu yakni, Pesan Bandung, Upaya Mengintegrasikan Ulang Kemitraan Asia-Afrika, dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina.
Menurut Deputi Komunikasi Politik Kantor Staf Kepresidenan, Eko Sulistyo, draf tiga dokumen itu sebelum dibawa ke Jakarta, terlebih dahulu dibahas di New York, dengan fasilitas perwakilan tetap RI di New York. Sementara itu, saat ini, ketiga dokumen dirampungkan 90 persen ketika dibawa ke Jakarta.
Pesan Bandung itu, kata Eko, berisi visioner mengedepankan kerja sama yang baru dan konkret. Pesan ini akan lebih menyinggung masalah yang menyeluruh dan terkait hal-hal yang bisa dilakukan oleh negara-negara Asia Afrika.
Kemudian dokumen kedua, adalah upaya mengintegrasikan ulang kemitraan Asia-Afrika. Integrasi ulang ini akan didasarkan pada tiga pilar. Pilar pertama, yaitu solidaritas politik seperti demokrasi, HAM, reformasi PBB, perdamaian, dan sinergi organisasi regional.
Kemudian, pilar kedua, kerja sama ekonomi yang berbasis maritim, berkelanjutan, konektivitas dan mobilitas bisnis. Lalu, pilar ketiga, yaitu hubungan sosial-budaya seperti hubungan orang per orang, pemberdayaan perempuan, media, mitigasi bencana, migrasi, dan pemuda.
Tak hanya itu, dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai pembaruan dokumenReinvigorating The New Asian-African Strategic Partnership (NAASP). NAASP pertama kali dideklarasikan pada KTT Asia Afrika pada 2005 lalu.
Nantinya, hasil dari deklarasi NAASP adalah penguatan solidaritas, persahabatan, dan kerja sama. Kemudian, review perkembangan kerja sama NAASP 10 tahun terakhir dan mendorong kerja sama konkret utamanya di delapan fokus area NAASP seperti terorisme, organisasi kejahatan transnasional, keamanan pangan, keamanan energi, kerja sama universitas di Asia-Afrika, dan lainnya.
Konferensi akbar ini juga difokuskan untuk bersama-sama mendeklarasikan dukungan kepada Palestina. Negara-negara Asia-Afrika akan mendukung secara konsisten terhadap pendirian Negara Palestina dan hak-hak dasar warga Palestina.
Namun, rupanya ketika pembahasan dokumen deklarasi terhadap perjuangan rakyat Palestina di markas PBB, New York ini tak berjalan mulus. Tak semua nergara Asia-Afrika yang mengikuti pembahasan dokumen Palestina KAA setuju terhadap penggunaan diksi di dalamnya.
"Dalam diskusi mengenai deklarasi, ada perwakilan negara yang berbisik-bisik, jangan terlalu keras dong, karena negara kami belum mengakui Palestina," ujar Diplomat Fungsi Ekonomi Wakil Tetap RI untuk PBB, New York, Purnomo Chandra beberapa waktu lalu.
Dia menyebut ada beberapa kata di dalam dokumen tersebut, yang dinilai terlalu keras. "Sebelumnya, ada kalimat di dalam dokumen seperti 'we committed', kemudian diubah 'we take note'," kata Chandra. Namun, ketika dibawa ke Jakarta, isu ini telah selesai.
Manfaatnya bagi Indonesia
Pemerintah Indonesia pun akan memanfaatkan momen ini untuk meraih keuntungan. Misalnya, dengan menawarkan beberapa kerja sama dengan negara Asia dan Afrika.
Pemerintah Indonesia pun akan memanfaatkan momen ini untuk meraih keuntungan. Misalnya, dengan menawarkan beberapa kerja sama dengan negara Asia dan Afrika.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago, mencontohkan kerja sama di bidang ekonomi. Sebab, perbedaan kebutuhan antarnegara menjadi hal yang menarik untuk meningkatkan ekspor Indonesia.
"Indonesia ke Afrika, kan punya produk yang dihasilkan Indonesia yang dibutuhkan di Afrika," tuturnya.
Dikatakan Adrinof, produksi Tanah Air yang sudah berjalan paling banyak berada di empat kawasan negara ASEAN, seperti Myanmar, Kamboja, Vietnam, dan Laos. Kerja sama dengan empat negara itu banyak bergerak di sektor pertanian dan perikanan.
"Itu di Ambon, di sekolah perikanan, ada peserta siswa di negara pasifik selatan belajar di sana," katanya.
Volume perdagangan ekspor dan impor Indonesia, dengan negara Asia dan Afrika dalam data statistik 2014, hanya mencapai US$11 miliar per tahun. Sementara itu, perdagangan ekspor Asia ke Afrika, mencapai 26 persen dari total ekspor Asia ke dunia.
Ini lebih besar dari ekspor Afrika ke Asia, yang hanya tiga persen dari total ekspor negara itu.
Kemudian, menurut Andrinof, Indonesia akan fokus pada sektor pertanian dan perikanan dalam ajang kerja sama ekonomi yang di usung dalam perhelatan peringatan konferensi akbar ini. Sebab, dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo ini lebih fokus pada agraria dan kemaritiman.
"Industri strategis kita, kan sudah maju, itu bisa jadi bahan kerja sama, atau membagi pengetahuan kenegaraan lain," ujar Andrinof.
Dalam acara yang digelar di Jakarta dan Bandung 19-24 April, Andrinof mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kerja sama berbagi pengalaman dan pengetahuan antarnegara.
"Indonesia ke Afrika, kan punya produk yang dihasilkan Indonesia yang dibutuhkan di Afrika," tuturnya.
Dikatakan Adrinof, produksi Tanah Air yang sudah berjalan paling banyak berada di empat kawasan negara ASEAN, seperti Myanmar, Kamboja, Vietnam, dan Laos. Kerja sama dengan empat negara itu banyak bergerak di sektor pertanian dan perikanan.
"Itu di Ambon, di sekolah perikanan, ada peserta siswa di negara pasifik selatan belajar di sana," katanya.
Volume perdagangan ekspor dan impor Indonesia, dengan negara Asia dan Afrika dalam data statistik 2014, hanya mencapai US$11 miliar per tahun. Sementara itu, perdagangan ekspor Asia ke Afrika, mencapai 26 persen dari total ekspor Asia ke dunia.
Ini lebih besar dari ekspor Afrika ke Asia, yang hanya tiga persen dari total ekspor negara itu.
Kemudian, menurut Andrinof, Indonesia akan fokus pada sektor pertanian dan perikanan dalam ajang kerja sama ekonomi yang di usung dalam perhelatan peringatan konferensi akbar ini. Sebab, dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo ini lebih fokus pada agraria dan kemaritiman.
"Industri strategis kita, kan sudah maju, itu bisa jadi bahan kerja sama, atau membagi pengetahuan kenegaraan lain," ujar Andrinof.
Dalam acara yang digelar di Jakarta dan Bandung 19-24 April, Andrinof mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kerja sama berbagi pengalaman dan pengetahuan antarnegara.
Dia optimistis kerja sama antara negara peserta KAA akan lebih mudah terjalin, karena masing-masing negara peserta KAA memiliki sejarah dan perkembangan yang mirip.
"Kebanyakan sejarah negara ini sama dan perkembangannya sama, tetapi masing-masing telah mengembangkan pengalaman, serta pengetahuannya sendiri. Itu lebih bagus berbagi yang sejarahnya sama. Lebih mudah bekerja sama," kata Andrinof.
"Kebanyakan sejarah negara ini sama dan perkembangannya sama, tetapi masing-masing telah mengembangkan pengalaman, serta pengetahuannya sendiri. Itu lebih bagus berbagi yang sejarahnya sama. Lebih mudah bekerja sama," kata Andrinof.
Makna Konferensi Asia-Afrika tahun 1955
Konferensi Asia Afrika saat ini merupakan refleksi dari konferensi yang diadakan 60 tahun lalu, dengan nama yang sama. Saat itu, negara-negara Asia dan Afrika yang kerap dianggap negara ketiga, berusaha memposisikan diri sebagai kekuatan baru yang mengedepankan perdamaian dan kemerdekaan.
Sebab, kebanyakan negara-negara Asia Afrika saat itu baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA saat itu diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan, dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia, dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme, atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia, pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi menghasilkan kesepakatan Dasasila Bandung, yang membangunkan kesadaran baru bagi bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka.
Negara-negara yang baru merdeka tersebut, pada waktu itu dihadapkan pada tantangan baru, berupa rivalitas dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Indonesia pun kembali menjadi pelopor Gerakan Non Blok.
Bangsa ini pernah mengukir sejarah gemilang, dan berani menyuarakan suatu tatanan dunia baru. (asp)
Konferensi Asia Afrika saat ini merupakan refleksi dari konferensi yang diadakan 60 tahun lalu, dengan nama yang sama. Saat itu, negara-negara Asia dan Afrika yang kerap dianggap negara ketiga, berusaha memposisikan diri sebagai kekuatan baru yang mengedepankan perdamaian dan kemerdekaan.
Sebab, kebanyakan negara-negara Asia Afrika saat itu baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA saat itu diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India, dan Pakistan, dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia, dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme, atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia, pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi menghasilkan kesepakatan Dasasila Bandung, yang membangunkan kesadaran baru bagi bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka.
Negara-negara yang baru merdeka tersebut, pada waktu itu dihadapkan pada tantangan baru, berupa rivalitas dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Indonesia pun kembali menjadi pelopor Gerakan Non Blok.
Bangsa ini pernah mengukir sejarah gemilang, dan berani menyuarakan suatu tatanan dunia baru. (asp)
sumber : http://fokus.news.viva.co.id/news/read/615704-konferensi-asia-afrika-dan-manfaatnya-bagi-indonesia
0 comments:
Post a Comment